Sejarah Singkat Ilmu Komunikasi atau Retorika
Retorika mulai dikenal pada tahun 465 SM, ketika Corax menulis makalah bejudul Techne Lagon (Seni kata-kata). Pada waktu itu seni berbicara atau llmu berbicara hanya digunakan untuk membela diri dan mempengaruhi orang lain. Membela diri di pengadilan ketika orang lain mengambil tanah atau mengakui tanahnya karena waktu itu belum ada sertifikat tanah. Membela diri ketika seseorang, katakanlah orang kaya raya dituduh mengorbankan kehormatannya dengan hanya mencari setandan pisang di kebun dan sebagainya.
Singkat retorika atau ilmu komunikasi pada waktu itu hanya digunakan untuk membela diri yang berhubungan dengan kepentingan sesaat dan praktis.
Sementara untuk mempengaruhi orang lain, menurut Aristoteles ada 3 cara yaitu :
Prinsip-Prinsip Dasar Retorika
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan tetap bertitik tolak dari beberapa macam prinsip. Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :
Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.
Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermangaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar. Bagi golongan pertama, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurnakan atau mengembangkan keterampilan berbicara atau pidato yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua yakni calon pemimpin. Hal itu sangat baik dipahami dan dipalikasikan sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mungkin dilakukan secara tidak sadar.
Ciri-ciri Pembicara Ideal bagi Calon Pemimpin beserta Penjelasannya
Berikut ini penulis sajikan sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik bagi calon pemimpin untuk dikenal, dipahami, dihayati dan selanjutnya dapat diterapkan dalam berkomunikasi atau berpidato.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Memilih topik dengan tepat
Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya. Dalam memilih materi pembicaraan, ia selalu mempertimbangkan minat, kemampuan dan kebutuhan pendengarnya. Sebab bila materi pembicaraan berkenan di hati pendengar maka perhatian mereka akan besar pula.
2. Menguasai Materi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami materi yang akan disampaikan. Jauh sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik harus sudah mempelajari, memahami dan menguasai materi pidato.
3. Memahami Latar Belakang Pendengar
Sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi pendengar, misalnya tentang jumlahnya, jenis kelamin, pekerjaannya, tingkat pendidikannya, minatnya dan sebagainya. Bahkan, perasaan pendengar kepada topik yang akan disampaikan sudah diramaikan, apakah simpati, antipati atau acuh tak acuh
4. Mengetahui Situasi
Pembicara yang baik selalu berusaha mengetahui dan memahami situasi ketika ia berbicara. Karena itu, ia akan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara dan suasana
5. Tujuan Jelas
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraannya dengan tegas, jelas dan gamblang. Pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa, memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan atau untuk menggerakan pendengar.
6. Kontak dengan Pendengar
Pembicara yang baik selalu memperhatikan pendengarnya. Ia berusaha memahami reaksi emosi dan perasaan pendengar. Pembicara berusaha mengadakan kontak dengan pendengarnya melalui pandangan mata, anggukan atau senyuman. Pendengar yang merasa diperhatikan dan dihargai oleh pembicara atau bersikap positif terhadap pembicara dan pembicaraannya.
7. Kemampuan Linguistik Tinggi
Pembicara yang baik dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya. Ucapannya jelas, lafalnya baik, intonasinya tepat dalam berbahasa. Pembicara juga dapat memilih dan menggunakan kalimat yang sederhana dan efektif dalam membicarakan materinya. Pendek kata, pembicara yang baik memiliki kemampuan linguistik yang tinggi sehingga ia dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya.
8. Menguasai Pendengar
Salah satu ciri pembicara yang baik adalah pandai menarik perhatian pendengar. Dengan gaya bahasa yang menarik pembicara harus dapat mengarahkan pendengar kepada pembicaraannya. Bila pendengar sudah terpusat, terarah perhatiannya kepada pembicara berarti pembicara dapat menguasai, mengontrol dan mempengaruhi pendengarnya.
9. Memanfaatkan alat Bantu
Dalam menjelaskan materi pembicaran, pembicara yang baik selalu menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami dan efektif untuk lebih memudahkan pendengar memahami penjelasannya. Pembicara dapat menggunakan alat bantu seperti : skema, diagram, statistik, gambar-gambar dan sebagainya.
10. Penampilannya harus Meyakinkan
Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan dari segala segi isi pembicaraan dikuasai, cara penyampaian ia kuasai, situasi dan latar belakang pendengar dipahami. Singkatnya tingkah laku, gaya bicara, cara berpakaian dan sebagainya harus meyakinkan.
[dari berbagai sumber]
Retorika mulai dikenal pada tahun 465 SM, ketika Corax menulis makalah bejudul Techne Lagon (Seni kata-kata). Pada waktu itu seni berbicara atau llmu berbicara hanya digunakan untuk membela diri dan mempengaruhi orang lain. Membela diri di pengadilan ketika orang lain mengambil tanah atau mengakui tanahnya karena waktu itu belum ada sertifikat tanah. Membela diri ketika seseorang, katakanlah orang kaya raya dituduh mengorbankan kehormatannya dengan hanya mencari setandan pisang di kebun dan sebagainya.
Singkat retorika atau ilmu komunikasi pada waktu itu hanya digunakan untuk membela diri yang berhubungan dengan kepentingan sesaat dan praktis.
Sementara untuk mempengaruhi orang lain, menurut Aristoteles ada 3 cara yaitu :
- Harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat yang disebut “ethos”
- Harus dapat menyentuh hati khalayak, perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang yang disebut “phatos”
- Meyakinkan khalayak dengan bukti yang kelihatan, yang disebur “logos”
Prinsip-Prinsip Dasar Retorika
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan tetap bertitik tolak dari beberapa macam prinsip. Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :
- Penguasaan secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif semakin besar kemampuan memilih kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan pikiran
- Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbeda-beda.
- Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan gaya yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhtian pendengar dan lebih memudahkan penyampaian pikiran pembicara.
- Memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pikiran pembicara dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.
Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.
Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermangaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar. Bagi golongan pertama, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurnakan atau mengembangkan keterampilan berbicara atau pidato yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua yakni calon pemimpin. Hal itu sangat baik dipahami dan dipalikasikan sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mungkin dilakukan secara tidak sadar.
Ciri-ciri Pembicara Ideal bagi Calon Pemimpin beserta Penjelasannya
Berikut ini penulis sajikan sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik bagi calon pemimpin untuk dikenal, dipahami, dihayati dan selanjutnya dapat diterapkan dalam berkomunikasi atau berpidato.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Memilih topik dengan tepat
Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya. Dalam memilih materi pembicaraan, ia selalu mempertimbangkan minat, kemampuan dan kebutuhan pendengarnya. Sebab bila materi pembicaraan berkenan di hati pendengar maka perhatian mereka akan besar pula.
2. Menguasai Materi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami materi yang akan disampaikan. Jauh sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik harus sudah mempelajari, memahami dan menguasai materi pidato.
3. Memahami Latar Belakang Pendengar
Sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi pendengar, misalnya tentang jumlahnya, jenis kelamin, pekerjaannya, tingkat pendidikannya, minatnya dan sebagainya. Bahkan, perasaan pendengar kepada topik yang akan disampaikan sudah diramaikan, apakah simpati, antipati atau acuh tak acuh
4. Mengetahui Situasi
Pembicara yang baik selalu berusaha mengetahui dan memahami situasi ketika ia berbicara. Karena itu, ia akan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara dan suasana
5. Tujuan Jelas
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraannya dengan tegas, jelas dan gamblang. Pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa, memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan atau untuk menggerakan pendengar.
6. Kontak dengan Pendengar
Pembicara yang baik selalu memperhatikan pendengarnya. Ia berusaha memahami reaksi emosi dan perasaan pendengar. Pembicara berusaha mengadakan kontak dengan pendengarnya melalui pandangan mata, anggukan atau senyuman. Pendengar yang merasa diperhatikan dan dihargai oleh pembicara atau bersikap positif terhadap pembicara dan pembicaraannya.
7. Kemampuan Linguistik Tinggi
Pembicara yang baik dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya. Ucapannya jelas, lafalnya baik, intonasinya tepat dalam berbahasa. Pembicara juga dapat memilih dan menggunakan kalimat yang sederhana dan efektif dalam membicarakan materinya. Pendek kata, pembicara yang baik memiliki kemampuan linguistik yang tinggi sehingga ia dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya.
8. Menguasai Pendengar
Salah satu ciri pembicara yang baik adalah pandai menarik perhatian pendengar. Dengan gaya bahasa yang menarik pembicara harus dapat mengarahkan pendengar kepada pembicaraannya. Bila pendengar sudah terpusat, terarah perhatiannya kepada pembicara berarti pembicara dapat menguasai, mengontrol dan mempengaruhi pendengarnya.
9. Memanfaatkan alat Bantu
Dalam menjelaskan materi pembicaran, pembicara yang baik selalu menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami dan efektif untuk lebih memudahkan pendengar memahami penjelasannya. Pembicara dapat menggunakan alat bantu seperti : skema, diagram, statistik, gambar-gambar dan sebagainya.
10. Penampilannya harus Meyakinkan
Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan dari segala segi isi pembicaraan dikuasai, cara penyampaian ia kuasai, situasi dan latar belakang pendengar dipahami. Singkatnya tingkah laku, gaya bicara, cara berpakaian dan sebagainya harus meyakinkan.
[dari berbagai sumber]
0 komentar:
Posting Komentar